Selasa, 17 Oktober 2017

Malam Yang Akhirnya Menggetarkan Dada

Seakan teringat kembali akan kisah yang menghanyutkan perasaan, hal yang membuat sesak dada, bagai mempersulit nafas dan mempercepat detak jantung. Darah terpompa dengan deras seperti hujan yang mendatangi bumi setelah lama tak menampakan diri, yang akan menutup retakan-retakan pada tanah kuning berdebu.

Selasa malam, dengan bintang yang penuh menghiasi langit seakan berlomba-lomba menampakan pesona keindahan cahaya nya. Saya bertemu (kembali) dengan seorang wanita muda, cantik dengan senyuman bersahabat, mengenakan hijab kuning terlihat mempesona diantara banyak pengunjung lainnya.


Disuatu pusat perbelanjaan siap saji yang bercirikan bangunan berwarna merah menyala, pandangan mata saya teralihkan oleh orang ini, dia adalah adik tingkat saya ketika kuliah. Seorang adik tingkat yang pernah saya masukan dalam sudut-sudut hati saya. Seorang perempuan yang pernah saya sukai, salah seorang wanita yang pernah membuat dada saya bergetar kala melihatnya.

Saya bukan seseorang yang benar-benar pandai dalam mengungkapkan kata-kata, bukan seseorang yang benar-benar pandai dalam menyusun kalimat indah, namun dalam ungakapan ini, akan saya optimalkan semua itu semaksimal mungkin.

Pertemuan ini membuat fikiran saya jauh ke lima tahun silam, ketika berbagai mata kuliah masih menjadi rutinitas saya, terseliplah dua sosok wanita yang telah tergambar di hati ini. Dua sosok wanita yang salah satu nya telah benar-benar menjadi kenangan dan salah satunya lagi telah hilang lenyap di telan keadaan.

Tentu saja ini bukan ungkapan penyesalan yang ingin disampaikan oleh seorang pemuda, bukan suatu ungkapan kesedihan dari mahkluk ciptaan tuhan, bukan sebuah ratapan kegelisahan hati seorang lelaki. Namun pengalaman ini membuat saya lebih mengerti tentang apa itu penyesalan, kesedihan, dan kegelisahan.

Kala itu, hati saya telah memilih siapa yang akan disimpannya, siapa yang akan mendapatkan banyak tempat terbaik di lekukan ruang-ruang yang ada, dan yang akan tertanam rapih. Seorang wanita telah menjadi kenangan indah yang akhirnya membuat saya membulatkan pilihan dan membuang jauh-jauh perasaan saya terhadap adik ini.

Ketika saya masih menjadi senior di organisasi kemahasiswaan yang saya ikuti, yah kira-kira 2 bulan setelah berjalannya semester lima. Saya bertemu dengan adik ini yang  merupakan mahasiswa baru di jurusan yang sama.

Pandangan mata saya yang kala itu masih jelas melihat tanpa bantuan kaca mata, begitu terpesoan akan sosok adik ini. Dia terlihat begitu anggun dengan hijabnya, beserta kulit putih yang membuat nya terlihat lebih menarik, dan senyuman manis yang membuat nya semakin mempesona.

Saya sempat berusaha mencari tahu segala tentangnya, mengandalkan posisi saya sebagi seorang senior, yah bisa di akui saya menyalah gunakan posisi saya pada saat itu. kala itu saya memiliki akses untuk melihat catatan identitas semua mahasiswa baru yang ingin mengikuti organisasi yang tengah saya jalani ini, dan disitu lah saya mendapakan banyak data tentang dia sebagai modal.

Tidak gentle?

Oh tentu saja tidak, walau saya telah memiliki semua data yang kala itu saya butuhkan, namun saya tetap memintanya langsung kepada adik ini. Semua yang saya miliki ini hanya sebagai back up saja. Hehehee :P

Malam itu ketika saya pulang dari mengantar teman mempermak salah satu celana yang dimilikinya, rasa lapar terus mengganggu saya. Banyak sebenarnya tempat yang menjajahkan makanan, namun entah kenapa saya ingin sekali berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan siap saji ini, mungkin karena warna merah dibangunannya membuat saya tertarik. Terletak disebelah kiri bangunan itu, sebuah tanah luas yang di gunakan sebagai area parkir menjadi tempat saya dan teman menitipkan kendaraan kami untuk sementara.  Saya telah melihat adik ini dari awal kedatangan kami, namun karena takut salah orang saya berpura-pura tak melihatnya.

Masuk dan memesanan makanan yang nantinya akan saya bawa pulang merupakan tujuan utama saya, tentu saja mata saya melirik adik ini untuk memastikan bahwa benar dia adalah seorang wanita yang kala itu pernah saya taksir.

Tak begitu lama, kurang dari sepuluh menit saya sudah mendapatkan apa yang saya pesan, dan seperti sebelumnya, saya keluar bagai tak mengenal adik ini. Namun disinalah kegalauan itu mulai terjadi. Ketika kendaraan yang saya tumpangi sudah siap untuk di gunakan,  mulailah keberanian diri muncul, dengan jelas saya melihat kearahnya. Lalu dengan senyuman manis yang sangat mempesona, adik ini menganggukan kepalanya yang tersemat hijab kuning, tanda ia mengakui bahwa kami saling mengenal satu sama lain. Mulai lah detak nadi ini bergerak dengan tidak beraturan kala itu, sangat terasa seperti momen beberapa tahun silam. Ternyata saya telah melewati kesempatan untuk kembali berteman dengannya.

Well, ketika semua ini dituliskan, hati saya telah yakin bahwa itu hanyalah sebagai pemanis cerita hidup saya. Toh akhirnya nanti InsyaAllah saya akan memiliki seorang wanita yang akan saya ikat dirinya dihadapan wali nikah yang sah. Dan saya percaya, tuhan telah mempersiapkan semua itu dengan manis untuk saya.


Semoga.

2 komentar:

  1. hahahah..kisahnya maniss..tapi msih kurang berani untuk memaparkan kalimat2 indah nan pujangga..so ttp it's ok untuk pemula dalam blogernya de'..suksess yeeii..kalo bisa update donk kisah pribadinya..ciiyee

    BalasHapus
  2. oke terimakasih, mohon terus untuk memberi masukan..

    BalasHapus